Untukumum bagi yang mau mengamalkan. Tan dzikir laţâif yang mereka lakukan yakni: Mereka tidak menampakkan semua kewajiban tarekat mereka, seperti zikir dan amalan tambahan lainnya. Tama tarekat al akmaliyah tidak mengenal pir atau mursyid dalam wujud manusia. Bahkan otoritas kharismatik para guru tarekat. Mereka tidak menampakkan semua InginMasuk Tarekat Syadzaliyah; Cara Memilih Tarekat; Benarkah Tasawuf Hanya Amalan Wali? Batasan Usia Ber-Thariqah; Bagaimana Berthariqah; Arti Suluk dan Salik; Tata cara Thariqah Syathoriyah; Tata Cara Thoriqoh Tijaniyah; Thoriqoh Alawiyah; Tata Cara Zikir Tarekat Histiyah; TATA CARA ZIKIR TAREKAT NAQSYABANDIYAH; Thariqah Syadzaliyah Bagiyang sudah stabil amalan Zikir Hariannya, bolehlah ditambah dengan amalan Bacaan 10 Harian (disebut juga Wirid Harian). Bacaan 10 tariqat ini dibaca 10 kali setiap satunya iaitu : لَا إِلهَ Akmaliyah Akmaliyah and Ridho Opid (2014) Pemahaman tentang keutamaan salat berjamaah dalam Ta’lim Fadhilah ‘Amal hubungannya dengan motivasi melaksanakan salat berjamaah. Diploma thesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Rahayu, Ayu Mesta (2019) Pengaruh zikir Tarekat Naqsyabandiyah terhadap perilaku tawakal: Studi deskriptif di Sedangkanmenurut istilah Secara Terminologi (istilah)Tarikat adalah Jalan yang mengacu kepada suatu sistem latihan meditasi maupun amalan-amalan (mu’tabarah, zikir, wirid, dan sebagainya). Menurut Ensiklopedi Islam tarekat berarti ; “perjalanan seorang saleh (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri atau perjalanan yang AbuNu’aim dan Ad Dailami) 3. Membaca kalimah Subhanallah Wabihamdihi Subhanallahil Adziim: Zikir 3 “Dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah SWT sehingga hari kiamat yang pahala tasbihnya itu diberikan untukmu.” (HR. Al-Mustagfiri dalam Ad-Da’awat) 4. Membaca Surah Al-Ikhlas: Surah Al-ikhlas juga mampu mengundang Tentusaja akan berlipatganda pahala yang diperoleh mereka yang benar-benar beriman kepada Allah dengan mengumpulkan dua amalan ini dalam satu waktu. Mereka berinfaq di jalan Allah sekaligus berdzikir dan mengagungkan nama-Nya setiap waktu. 2. Dzikir Empat Kalimat. Kalimat dzikir selanjutnya terdiri dari empat kalimat. 6ngN. Tarekat Syekh Siti Jenar/Sunan Kajenar Bagi syekh siti jenar, bentuk lafadz istighfar, shalawat,tasbih,tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yang menuntun manusia untuk menempuh jalan menuju kemanunggalan. sehingga kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka. kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia, yang dapat menyelami kedalam samudera ma’rifat untuk mengenal dan mendekatinya, kemudian menghampirinya untuk manunggal dalam keabadian. sehingga matra-matra dari kalimat itu akan tetap terbawa dalam kesadaran kematian. saat nyawa kehidupan lepas dari tubuh, kesadaranya tetap mengiringinya dengan senyum menuju anda berhasrat kuat untuk mengikuti jalan kami maka yang wajib anda sadari pertama-tama adalah kenyataan yang terkait dengan cara/thariq kami yang berbeda pada umumya yang dianut manusia. maksudnya, tarekat yang kami anut tidak mengenal adanya pir atau mursyid. karena yang disebut pir atau mursyid, menurut cara kami berada dalam diri manusia keberadaan guru hanya terbatas sebagai petunjuk untuk menuntun langkah awal seorang salik dalam guru penjelasan ini hendaknya anda pahami bahwa pada cara kami tidak mengenal adanya wasilah maupun rabithah yang berwujud manusia. satu-satunya wasilah dan rabhitah adalah nur muhammad, yang ada didalam diri manusia. lewat nur muhammad itulah manusia akan tercapai sumber segala sumber. Anda boleh menamai cara ini sesuka hati anda, namun hendaknya anda ketahui bahwa Nabi Muhammad al-Musthafa SAW telah mewariskan dua cara kepada yang pertama adalah tarekat Al-akmaliyah yang diwariskan lewat hadrat Ali bin Abu Thalib. tarekat yang akan anda pelajari dari syekh siti jenar adalah tarekat al akmaliyah. “sebagaimana yang telah kujelaskan sebelumnya bahwa pertama-tama tarekat al akmaliyah tidak mengenal pir atau mursyid dalam wujud manusia karena pada hakikatnya sudah ada pada diri tiap pir atau mursyid didalam diri manusia itulah yang disebut nur muhammad, yang akan menjadi penuntun sang salik di dalam menuju dia. karena itu, tarekat al-akmaliyah tidak mengenal wasilah dan rabithah dalam bentuk manusia. Wasilah dan rabithah dalam tarekat al-akmaliyah tidak dikenal adanya silsilah pir atau mursyid berdasar asas para salik yang berjalan melewati tarekat al-akmaliyah wajib berkeyakinan bahwa segala sesuatu termasuk tarekat ini adalah milik Allah. itu berarti, keberadaan tarekat beserta seluruh pengikutnya adalah semata-mata karena kehendak Allah. dengan demikian, para pengikut tarekat ini hendaknya tidak membanggakan diri sebagai pendiri atau penguasa tentu pernah mendengar kisah syaikh hussein bin mansyur al hallaj yang dihukum cincang dan mayatnya di bakar oleh al-muqtadir? dia adalah pengamal ajaran tarekat al-akmaliyah. Namun, murid-muridnya kemudian mendirikan tarekat hallajiyah. itu boleh dan sah-sah saja, walaupun akhirnya Hallajiyah tenggelam karena pengikut-pengikutnya membentuk lembaga baru dengan susunan hirarki kepemimpinan rohani atas dasar seorang manusia. sementara tarekat al-akmaliyah tetap lestaari hingga Tarekat Al-akmaliyah dan Tarekat Al-anfusiyah hakikatnya sama, hanya nama saja yang berbeda. karena, Akmaliyah berasal dari Al-kamal, yakni pengejawentahan dari al-kamal yang dibentuk oleh al-jalal dan itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan ruh al-haqq dimana tersembunyi al-haqq. Al-kamal atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan al-kamil. Sementara itu, Anfusiyah berasal dari al-anfus, an-nafs al-wahidah, yakni pengejawentahan an-nafs al-illahiyyah. an-nafs al-wahidah itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan roh-nya, yakni roh al-haqq di mana tersembunyi al-haqq. an-nafs al-wahidah atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan tarekat itu benar, hanya nama dan cara-nya saja yang berbeda. justru cara itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik menilai terlalu tinggi cara yang di ikutinya hingga menafikan cara yang lain. sebab, dengan itu sebenarnya sang salik memuliakan dan mengagungkan dan membenarkan keakuanya yang kerdil. berarti sang salik pada saat itu telah merampas hak kemuliaan, keagungan, dan kebenaran hanyalah miliknya. itulah sebabnya, dalil awal yang wajin dipatuhi oeleh seorang salik Akmaliyah adalah meyakini jalan lurus/sabil huda yang digelar oleh Allah kepada hamba-hamba yang mencarinya tidaklah tunggal/ wa al-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum yang paling penting anda pahami lagi adalah Tarekat al-akmaliyah ini hanyalah suatu cara untuk melewati jalan lurus. jadi jangan beranggapan bahwa cara ini adalah segala-galanya. artinya jangan menganggap bahwa siapa saja yang mengamalkan cara ini dan mengikuti jalan lurus yang ada di dalamnya pasti akan selamat sampai kepadanya. sebab keputusan terakhir ada di tangan-Nya juga. artinya sangat terbuka kemungkinan pengamal cara ini justru akan tersesat jalan, jika Dia menghendaki sebagai pedoman untuk melintasi jalan lurus dengan cara Akmaliyah, dapat saya jelaskan sbb pertama-tama yang harus anda pahami bahwa Allah tujuan akhir kita, adalah tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sesuatu bentuk apapun/ laisa kamitslihi syaiun. karena itu merupakan suatu keharusan fundamental bahwa untuk menuju dia, seorang salik harus mengarahkan kiblatnya seperti daud dan sulaiman, namun kiblat hati dan pikiran tetap hanya mengarah anda sadari bahwa perjalanan menuju Dia, subhanahu wa ta’ala, bukanlah perjalanan ajaib yang langsung secara gampang dalam tempo satu hari atau satu pekan. perjalanan menuju Dia sangatlah sulit dan penuh jebakan. karena harus melampui tujuh rintangan besar, yaitu tujuh lembah kasal, tujuh gunung riya’, tujuh rimba sum;ah, tujuh samudera jub, tujuh benteng hajbun. Semua rintangan itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan bumi, Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita / sebagaimana bumipun berlapis tujuh / 8612 dan samuderapun berlapis tujuh /Qs. Luqman 3127. bahkan neraka bertingkat tujuh /Qs. al-Hijr 1544. tidaklah anda ketahui bahwa surgapun berlapis tujuh. Tidaklah anda ketahui bahwa dalam beribadah kepada-Nya manusia telah diberi piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Qur’an/Qs. al-Hijr 4487 untuk berhubungan dengan-Nya?Qs. al-Hijr 1587. Tidaklah anda sadari bahwa saat anda sujud maka tujuh anggota badan anda yang menjadi tumpuan??” Namun, diantara tujuh hal yang terkait dengan alam semesta ini, yang paling penting anda sadari adalah tujuh lapis hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia yang di beri tujuh tahap usia, yakni radhi, fathim, shabiy, ghulam, syabb, kuhl, dan syaikh; yang berkait dengan tujuh nafsu manusia, yakni musawwilah, hayawaniyah, ammarah, iwwammah, mulhamah, muthma’inah, dan wahidah. sebab dengan menyadari adanya tujuh nafsu manusia maka anda akan memahami adanya TUJUH MARTABAT yang wajib anda lampui untk menuju kepadan-Nya. dan sekali lagi ingat-ingatlah bahwa perjalan rohani bukan perjalanan ajaib yang bisa tercapai dalam waktu sendiri membutuhkan waktu lima belas tahun berkhalwat untuk mencapai tahap bertemu jibri AS di gua hira. dan perjalanan itu masih beliau laksanakan dengan tekun dan istiqomah hingga beliau mengalami isra’mi’raj menghadap ke hadirat al-khaliq.””” Terdapat hubungan sekaligus perbedaan pelaksanaan antara tarekat akmaliyah dengan tarekat syatariyah. tarekat al-akmaliyah untuk dirimu pribadi, sedang tarekat syatariyah untuk engkau ajarkan khalayak ramai. wajib engkau ingat-ingat bahwa apa yang disebut tarekat itu pada dasarnya memiliki hakikat tujuan yang sama, meski nama dan caranya seolah-olah berbeda. itu sebabnya , jika engkau teliti benar keberadaan semua tarekat maka akan engkau dapati jalan lurus dan cara yang mirip satu dengan yang lain. di dalam beberpa tarekat misalnya, akan engkau dapati pemaknaan inti dari hakikat istighfar, salawat, tahlil dan nafs al-haqq yang sering di pilah-pilah sebagai dzikir jahr dan dzikir sirri. semua tarekat pasti mengajarkan istighfa, salawat, tahlil dan nafs tarekat pasti mengajarkan rahasia Muhammad sebagai pintu dan kunci untuk membuka hijabnya. Ada penjelasan mengapa tidak tarekat al-akmaliyah saja yang disebar luaskan kepada khalayak ramai? bukankah hal itu lebih afdol dibanding mengajarkan tarekat asy-syatariyah?ketahuilah,o salik, bahwa tarekat al-akmaliyah sejak semula memang tidak untuk diajarkan kepada khalayak ramai. tidakkah engkau ketahui kisah syaikh abu al-mughits al-husain bin mansyur bin muhammad al-baidhawi al-hallaj yang menimbulkan kekacauan ketika mengungkapkan pandangan dan pahamnya kepada khalayak ramai? Tidakkah semua orang saat itu tidak mampu memahami ucapan-ucapanya? Tidakkah hanya kesalah pahaman yang justru ditimbulkanya?”””” Ketahuilah salik, bahwa yang menjadi dasar tarekat al-akmaliyah adalah kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, Tuhan, pencipta yang tak bisa di bayangkan dan tidak pula bisa dibandingkan dengan dasar utama dari tarekat al-akmaliyah adalah perjalanan kembali ke asal. inna li Allahi wa inna ilaihi raji’un! kembali kepada yang maha ghaib. maha kosong. maha tak engkau menjelaskan khalayak ramai tentang dia/ huwa yang tak bisa digambarkan dan dibayangkan serta takterbandingkan? bagaimana cara engkau meminta khalayajk ramai untuk mengikuti jalanmu jika engkau tak bisa menjelaskan kepada mereka tentang kenikmatan, kelezatan, keindahan, kemuliaan, dan keagungan yang bakal engkau capai? bagaimana bisa engkau menyadarkan khalayak ramai tidaklah kembali kesurga yang penuh kenikmatan dan kelezatan, melainkan kembali kepada dia yang tak bisa digambarkan??”Dengan uraian ini bukan berarti aku menempatkan tarekat al-akmaliyahsebagai tarekat yang khusus, apalagi lebih tinggi nilainya dari pada tarekat syatariyah. sekali-kali tidak demikian. sepengetahuanku, tarekat al-akmaliyah memang tidak pernah diajarkan secara terbuka, kecuali pada masa husein bin mansyur bin Muhammad al-baidhawi al-hallaj. entah jika suatu saat nanti Allah menghendaki-Nya..”””Menurut pemahaman tarekat al-akmaliyah, dalam perjalanan rohani menuju Dia pada hakikatnya terdapat empat tahapan al-insan menuju al-haqq/as-safar min kembali dari al-haqq/ as-safar fi kembali dari al-haqq menuju al-insan bersama al-haqq/as-safar min al-haqq ila al-insan bi al-insani di tengah ciptaan bersama al-haqq/safar al-insan fi al-khalq bi uraian ini, o salik, jangan sekali-kali engkau bertanya soal manfaat dan kegunaan. sebab, jelas pada paham ini bahwa barang siapa yang di dalam perjalanannya telah sampai kepada al-haqq maka dia akan kehilangan keakuannya yang kerdil dan sempit. itu berarti, dia tidak akan berbicara tentang manfaat, keuntungan, kenikmatan, kelezatan dan kemuliaan menurut akal pikiran dan hasrat hatinya. artinya, dia yang telah sampai akan berada pada tingkatan tertinggi dari kepasrahan kepada-Nya. wama tasya’uma illa an yasya-a Allahu rabbu al-alamin”” /QS al-taqwir 8129 itulah penjelasan sang guru sunan kejenar mengenai tarekat dan perjalan yang beliau capai hingga puncaknya dan juga hasil diskusi para guru yang memang benar-benar telah merasakan benar akan arti kebenaran itu sendiri. Hussein Ibn Mansyur Al Hallaj Abad ketiga hijriyah merupakan abad yang paling monumental dalam sejarah teologi dan tasawuf. Lantaran, pada abad itu cahaya Sufi benar-benar bersinar terang. Para Sufi seperti Sari as-Saqathy, Al-Harits al-Muhasiby, Ma’ruf al-Karkhy, Abul Qasim al-Junaid al-Baghdady, Sahl bin Abdullah at-Tustary, Ibrahim al-Khawwash, Al-Husain bin Manshur al-Hallaj, Abu Bakr asy-Syibly dan ratusan Sufi lainya. Di tengah pergolakan intelektual, filsafat, politik dan peradaban Islam ketika itu, tiba-tiba muncul sosok agung yang dinilai sangat kontroversial oleh kalangan fuqaha’, politisi dan kalangan Islam formal ketika itu. Bahkan sebagian kaum Sufi pun ada yang kontra. Yaitu sosok Al-Husain bin Mansur Al-Hallaj. Sosok yang kelak berpengaruh dalam peradaban teosofia Islam, sekaligus menjadi watak misterius dalam sejarah Tasawuf Islam. Nama lengkapnya adalah al-Husain bin Mansur, populer dipanggil dengan Abul Mughits, berasal dari penduduk Baidha’ Persia, lalu berkembang dewasa di Wasith dan Irak. Menurut catatan As-Sulamy, Al-Hallaj pernah berguru pada Al-Junaid al-Baghdady, Abul Husain an-Nury, Amr al-Makky, Abu Bakr al-Fuwathy dan guru-guru lainnya. Walau pun ia ditolak oleh sejumlah Sufi, namun ia diterima oleh para Sufi besar lainnya seperti Abul Abbad bin Atha’, Abu Abdullah Muhammad Khafif, Abul Qasim Al-Junaid, Ibrahim Nashru Abadzy. Mereka memuji dan membenarkan Al-Hallaj, bahkan mereka banyak mengisahkan dan memasukkannya sebagai golongan ahli hakikat. Bahkan Muhammad bin Khafif berkomentar, “Al-Husain bin Manshur adalah seorang a’lim Rabbany.” Pada akhir hayatnya yang dramatis, Al-Hallaj dibunuh oleh penguasa dzalim ketika itu, di dekat gerbang Ath-Thaq, pada hari Selasa di bulan Dzul Qa’dah tahun 309 H. Kelak pada perkembangannya, teori-teori Tasawuf yang diungkapkan oleh Al-Hallaj, berkembang lebih jauh, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Araby, Al-Jiily, Ibnu Athaillah as-Sakandary, bahkan gurunya sendiri Al-Junaid punya Risalah semacam Surat-surat Sufi yang pandangan utuhnya sangat mirip dengan Al-Hallaj. Sayang Risalah tersebut tidak terpublikasi luas, sehingga, misalnya mazhab Sufi Al-Junaid tidak difahami secara komprehensif pula. Menurut Prof Dr. KH Said Aqiel Sirraj, “Kalau orang membaca Rasailul Junaid, pasti orang akan faham tentang pandangan Al-Hallaj.” Pandangan Al-Hallaj banyak dikafirkan oleh para Fuqaha’ yang biasanya hanya bicara soal halal dan haram. Sementara beberapa kalangan juga menilai, kesalahan Al-Hallaj, karena ia telah membuka rahasia Tuhan, yang seharusnya ditutupi. Kalimatnya yang sangat terkenal hingga saat ini, adalah “Ana al-Haq”, yang berarti, “Akulah Allah”. Tentu, pandangan demikian menjadi heboh. Apalagi jika ungkapan tersebut dipahami secara sepintas belaka, atau bahkan tidak dipahami sama sekali. Para teolog, khususnya Ibnu Taymiyah tentu mengkafirkan Al-Hallaj, dan termasuk juga mengkafirkan Ibnu Araby, dengan tuduhan keduanya adalah penganut Wahdatul Wujud atau pantheisme. Padahal dalam seluruh pandangan Al-Hallaj tak satu pun kata atau kalimat yang menggunakan Wahdatul Wujud kesatuan wujud antara hamba dengan Khaliq. Wahdatul Wujud atau yang disebut pantheisme hanyalah penafsiran keliru secara filosufis atas wacana-wacana Al-Hallaj. Bahkan yang lebih benar adalah Wahdatusy Syuhud Kesatuan Penyaksian. Sebab yang manunggal itu adalah penyaksiannya, bukan DzatNya dengan dzat pengkritik yang kontra Al-Hallaj, menurut Kiai Abdul Ghafur, Sufi kontemporer dewasa ini, melihat hakikat hanya dari luar saja. Sedangkan Al-Hallaj melihatnya dari dalam. Sebagaimana Al-Ghazali melihat sebuah bangunan dari dalam dan dari luar, lalu menjelaskan isi dan bentuk bangunan itu kepada publik, sementara Ibnu Rusydi melihat bangunan hanya bentuk luarnya saja, dan menjelaskannya kepada publik pula. Tentu jauh berbeda kesimpulan Al-Ghazali dan Ibnu Rusydi. Setidak-tidaknya ada tiga keleompk besar dari kalangan Ulama, baik fuqaha’ maupun Sufi terhadap pandangan-pandangan Al-Hallaj ini. Mereka ada yang langsung kontra dan mengkafirkan; ada pula yang secara moderat tidak berkomentar; dan ada yang langsung menerima dan mendukungnya. Salah Satu syair yg kontroversi dri Al Hallaj Aku adalah Dia yang kucinta dan Dia yang kucinta adalah aku Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh. Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia, dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat aku Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya, membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan baginya mahluk-Nya, dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku, sebagaimana anggur disatukan dengan air murni. Jika sesuatu menyentuh Engkau, ia meyentuhku pula, dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah aku. Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami Sebelumnya tidak mendahului-Nya, setelah tidak menyela-Nya, daripada tidak bersaing dengan Dia dalam hal keterdahuluan, dari tidak sesuai dengan Dia, ketidak menyatu dengan dia, Dia tidak mendiami Dia, kala tidak menghentikan Dia, jika tidak berunding dengan Dia, atas tidak membayangi Dia,dibawah tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapi-Nya, dengan tidak menekan Dia, dibalik tidak mengikat Dia, didepan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia, dibelakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan Dia, ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia lenyap, penyembunyian tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia mendahului yang belum ada, kekalahan-Nya mendahului adanya batas. Di dalam kemuliaan tiada aku, atau Engkau atau kita, Aku, Kita, Engkau dan Dia seluruhnya menyatu Syeikh Siti Jenar Syekh Siti Jenar juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitiburit, Lemahbang, dan Lemah Abang adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar. Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran – ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti. Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo. Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, salat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll; 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan syariat’. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap hakekat’ dan bahkan ma’rifat’kepada Allah kecintaan dan pengetahuan yang mendalam kepada ALLAH. Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata SESAT’. Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar. Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas. Dan dalam ajarannya, Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia “Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya Shaad; 71-72”>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat Al Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham Manunggaling Kawula Gusti’. Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar. Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain. Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang Ki Kebo Kenanga dan Ki Ageng Tingkir. Hamzah Al Fansuri Namanya adalah Hamzah al-Fansuri. Berdasarkan kata fansur yang menempel pada namanya ini dapat diketahui bahwa ia berasal dari Fansur sebutan orang Arab terhadap Bandar Barus yang banyak menghasilkan kapur barus yang sekarang merupakan sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra Utara yang terletak antara Sibolga dan Singkel Aceh. Mengenai bahwa dia berasal dari barus ini disebutnya beberapa kali dalam kitabnya “Syair Jawi”. Di bidang keilmuan Syeikh telah mempelajari penulisan risalah tasawuf atau keagamaan yang demikian sistematis dan bersifat ilmiah. Sebelum karya-karya Syeikh muncul, masyarakat muslim Melayu mempelajari masalah-masalah agama, tasawuf dan sastra melalui kitab-kitab yang ditulis di dalam bahasa Arab atau Persia. Di bidang sastra Syeikh mempelopori pula penulisan puisi-puisi filosofis dan mistis bercorak Islam, kedalaman kandungan puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lan yang sezaman ataupun sesudahnya. Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan 18 kebanyakan berada di bawah bayang-bayang kegeniusan dan kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri. Di bidang kesusastraan pula Syeikh Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang memperkenalkan syair, puisi empat baris dengan skema sajak akhir a-a-a-a syair sebagai suatu bentuk pengucapan sastra seperti halnya pantung sangat populer dan digemari oleh para penulis sampai pada abad ke-20. Namun karena ajaran dan pemahaman filosofis beliau yang menganut Thariqah Qadiriyah yang berpaham wujudiah, beliau dan pengikutnya d anggp sesat oleh Syeikh Nuruddin Ar Raniri dan slruh pngkut dan karya2’a pun banyak di bakar habis oleh sultan-sultan. Sesungguhnya k 3 ulama sufi berbeda zaman itu punya banyak persamaan, yaitu rasa kecintaan yang teramat dalam kepada sang khalik, sehingga ajaran-ajaran beliau sungguh sangat sulit untuk di mengerti oleh mansia yang tingkat spiritualnya belum terlalu tinggi, sebagaimana dalam mencari tuhan itu perlu bimbingan dan pengtahuan yang lebih, Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll; 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Maka k 3 ulama tersebut telah mencapai tingkat hakekat bahkan ma’rifat, sedang kan kita manusia lainnya masih dalam tingkatan yang pertama yaitu Syariat. Ttpi d blik kmatian k 3 ulma sufi trsbt trsmpn unsr2 politik, d mn Al Hallaz yg d anggap sultan dpt mracuni pmkiran2 kaum muda, pdhl ktika itu sultan mrsa sngt tkot akan gejolak2 serta tknan trhdp pmrithan’a, begitu juga dengan syeikh siti jenar yang Dalam benak khalayak ramai, Siti Jenar dikenang sebagai patron wong cilik. Garis besar kisah hidupnya menggaris bawahi keterkaitan organisnya dengan lapis terendah masyarakat. Dalam versi kisahnya yang paling tersebar luas, Siti Jenar diceritakan sebagai seekor cacing tanah yang secara ajaib berubah menjadi manusia. Pengubahan ini terjadi karena sang cacing secara kebetulan menerima pengetahuan esoteris yang mengantarnya menuju Hakikat Sejati. Sekali menjadi manusia, dia yang semula cacing ini kemudian berani untuk membuka tabir Pengetahuan Makrifat ini kepada khalayak ramai. Barangkali anggapan bahwa penyampaian pengetahuan semacam itu akan dapat mengubah martabat “cacing-cacing” yang lain adalah kecemasan elite spiritual-politik di ibu negeri Demak. Namun sesungguh’a k 3 Ulama Sufi tersebut mempunyai karomah, penuh kontroversi, bagi para pengikut mereka adalah benar, dan tidak banyak juga yang mengecam dan mengatakan mereka “kafir” Note Catatan ini tanpa ada maksud apa-apa, hanya sebagai renungan bahwa dari segi agama pun terdapat perbedaan yang sudah ada dari zaman-zaman dahulu, hanya sekarang kita sebagai insan biasa yang harus bersikap dan menanggapi secara positif agar tidak terjerumus ke lembah kekafiran dan murtad. Wallahu alam Bissawab,,, Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Organized by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia in Collaboration with Research, Industry, Community & Alumni Networking Division, Universiti Teknologi MARA Melaka PROCEEDING 4TH INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE 2021 ISHEC ’21 “ISLAMIC HERITAGE STRENGTHENING THE KNOWLEDGE, EMPOWERING THE ACHIEVEMENT” Organized by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia in Collaboration with Research, Industry, Community & Alumni Networking Division, Universiti Teknologi MARA Melaka Copyright Page e-Proceedings of International Islamic Heritage Conference 2021 IsHeC 2102 September 2021Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS,Universiti Teknologi MARA, Melaka, MalaysiaThe editorial board would like to express their heartfelt appreciation for the contributions made by the authors, co-authors and all who were involved in the publication of this e-proceedings. Published by Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS Universiti Teknologi MARA, Melaka, Malaysia Published date 23 August 2021 Copyright © 2021, Academy of Contemporary Islamic Studies ACIS, Universiti Teknologi MARA, Melaka Branch e-ISBN 978-967-2846-07-9All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, copied, stored, distributed, or transmitted in any form or by any means, including photocopying, recording, digital scanning, or other electronic or mechanical methods without prior written permission from the publisher. The views, opinions, and technical recommendations expressed by the contributor and authors are entirely their own and do not necessarily reflect the views of the editors, the publisher and the university. INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE 2021 EDITORIAL BOARD Patron Y. Bhg. Prof. Dr Abd Halim Mohd Noor Advisor 1 Prof. Ts Dr Shafinar Ismail Advisor II Prof. Madya Dr S Salahudin Suyurno Chairman Dr Mohd Zaid Mustafar Deputy Chairman Mr Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz Chief of Publication Dr Khairul Azhar Meerangani Dr Izzah Nur Aida Zur Raffar Dr Asma Wardah Surtahman Editors Dr Khairul Azhar Meerangani Dr Mohammad Fahmi Abdul Hamid Mr Abdul Qayuum Abdul Razak RECTOR’S NOTES Prof. Dr. Abd Halim Mohd Noor CHAIRMAN’S PREFACE Dr Mohd Zaid Mustafar KEYNOTE 1 PENDIDIKAN BERTERASKAN ULUL ALBAB DALAM MEMBANGUN GENERASI MUSLIM YANG CEMERLANG, BERPENGETAHUAN DAN BERAKHLAK Prof. Dato’ Dr. Ab. Halim bin Tamuri KEYNOTE 2 KOMUNIKASI PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN DI ANTARA MAGHREB DAN NUSANTARA DARI SUDUT SEJARAH Syeikh Dr Khalid Zahri & Dr Ahmad Arif Zulkefli KEYNOTE 3 ISLAMIC HERITAGE AND CIVILIZATIONAL REFORM CONNECTING THE BROKEN AND RAISING THE VANISHED Prof Dr Mohd Zaid Ahmad PENERIMAAN MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP KEPIMPINAN NON MUSLIM DI MALAYSIA Khairul Azhar Meerangani, Mohd Zahimie Mohd Dzahid, Muhammad Dzarif Ahmad Zahidi, Ahmad Nurilakmal Norbit & Mohd Farhan Md Ariffin WAQF-BASED AND OTHER SOCIAL-BASED HEALTHCARE IN MALAYSIA A CONCEPTUAL COMPARISON Raja Aishah Raja Adnan, Mahazan Abdul MutalibTaib & Muhammad Ridhwan Ab. Aziz MODEL MUZIUM PATUH SYARIAH DI MALAYSIA SATU PENGENALAN Siti Maimunah Kahal, Hajar Opir, Rahimin Affandi Abdul Rahim, Amiratul Munirah Yahaya & Nor Diyanah Zafri A SHARIAH OVERVIEW OF CREDIT STRENGTHENING FOR EQUITY-BASED SUKUK IN THE ISLAMIC CAPITAL MARKET IN MALAYSIA Dziauddin Sharif & Mohd Asyadi Redzuan UNDERSTANDING OF PRAGMATISM AND ISLAMIC PERSPECTIVE A CASE STUDY OF UNIVERSITY KUALA LUMPUR STUDENTS Sakinah Munarwarrah Hashim PERANAN KAEDAH-KAEDAH FIQHIYYAH SEBAGAI ELEMEN ISTIDLAL DALAM ISU DARURAH Ahmad Murshidi Mustapha & Noraini Junoh ANALYSIS OF HACCP IMPLEMENTATION IN THE MALAYSIAN HALAL INDUSTRY Muhammad Raziq Ramzi & Azri Bhari INTEGRATED EDUCATION IN KERALA THE PIONEERING ROLE OF SAYYED ISMAIL SHIHABUDDIN POOKKOYA THANGAL OF PANOOR 1936-2010 Mohd. Noh Abdul Jalil & Sayyed Mohamed Muhsin INTERNATIONALISATION OF THE ISLAMIC THOUGHT THE CONTRIBUTIONS OF SAYYED ISMAIL 1936-2010 Sayyed Mohamed Muhsin & Mohd. Noh Abdul Jalil CURATION CONTENTS AS A CORE COMPETENCY IN MOOC LEARNING AMONG STUDENTS USING ENGAGEMENT THEORY FRAMEWORK Nik Rozilaini Wan Mohamed & Dziauddin Sharif ANALYSIS THE IMPLEMENTATION OF THE HALAL LOGO IN THE FOOD INDUSTRY IN MALAYSIA Nur Afini Abu Bakar & Azri Bhari DILEMA PENDIDIKAN KANAK-KANAK ROHINGYA DI MALAYSIA SATU TINJAUAN AWAL Aida Zahirah Samsudin & Napisah Karimah Ismail TINJAUAN KEKANGAN DAN PENDEKATAN BAGI PEMANTAPAN AKIDAH ISLAMIYAH UMMAH MASA KINI Zanirah MustafaBusu, Nur Syazana Adam, Hasnah Atikah Hassan Shukri & Noraini Junoh KEFAHAMAN DAN KESEDARAN TUNTUTAN KEATAS ZAKAT EMAS DI KALANGAN WANITA ANALISIS DALAM KOMUNITI WANITA DI DUNGUN, TERENGGANU Muhamad Anas Ibrahim, Aemy Aziz, Nurul Ilyana Muhd Adnan, Muhammad Saiful Islam Ismail & Syaimak Ismail PEMBANGUNAN MINDA REMAJA MENURUT PERSPEKTIF ULWAN TINJAUAN TERHADAP AMALAN KELUARGA DI PUTRAJAYA Izzah Nur Aida Zur Raffar, Hamidah Jalani, Nang Naemah Nik Dahalan, Nor Adina Abdul Kadir, Sarah Dina Mohd Adnan & Mariam Farhana Md Nasir MEKANISME AGIHAN ZAKAT MAIK KEPADA GOLONGAN ASNAF DAN MISKIN DI NEGERI KELANTAN Muhamad Anas Bin Ibrahim, Aemy Aziz, Nurul Ilyana Muhd Adnan, Muhammad Saiful Islam Ismail & Syaimak Ismail ANALYSIS OF COMMUNITY UNDERSTANDING OF ISLAMIC INHERITANCE MANAGEMENT INSTITUTIONS IN MALAYSIA Khairul Anam Naqiuddin Muhamad & Azri Bhari PERWALIAN MENURUT PERSPEKTIF FIQH SATU PERBINCANGAN KONSEPTUAL Atiqah Hazman, Norhidayah Pauzi & Bahiyah Ahmad ANALYSIS ABOUT MANAGEMENT OF SADAQAH FUND AT MOSQUES IN SHAH ALAM Hikmah Abd Rahim, Azri Bhari & Mohd Ashrof Zaki Yaakob DIALOG ANTARA AGAMA SEBAGAI SATU PENDEKATAN DAKWAH MASYARAKAT MAJMUK Aemy Elyani Mat Zain & Jaffary Awang THE CONCEPT OF AR RIJAL QAWWAMUN ALA AN-NISA' IN COMBATING DOMESTIC VIOLENCE DURING COVID-19 PANDEMIC IN MALAYSIA Farah Safura Muhammud & Fatin Nur Majdina Nordin PENERIMAAN USAHAWAN KECIL MUSLIM DI KELANTAN TERHADAP AR-RAHNU ANALISIS DARI PERSPEKTIF FAKTOR PROMOSI Salimah Yahaya & Hainnur Aqma Rahim PEMIKIRAN AKIDAH MUHAMMAD BIN KHALIL AL-SAKUNI Ahmad Arif Zulkefli, Muhammad Hafizi Rozali, Khairul Azhar Meerangani & Mohammad Fahmi Abdul Hamid ANALISIS KEPUTUSAN MUZAKARAH MAJLIS KEBANGSAAN BAGI HAL EHWAL UGAMA ISLAM MALAYSIA MKI BERKAITAN COVID-19 DI MALAYSIA Azri Bhari & Mohd Hapiz Mahaiyadin ISU MUD AJWA’ DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENGAMALAN KEWANGAN ISLAM SEMASA SOROTAN LITERATUR Mohd Asyadi Redzuan, Dziauddin Sharif & Mohamed Fairooz Abdul Khir SEMAKAN ARAH KIBLAT MASJID-MASJID WARISAN KAJIAN DI NEGERI MELAKA Mohd Razlan Ahmad, Radzuan Nordin & Nor Nazmi Razali PERANAN KOMPLEKS FALAK AL-KHAWARIZMI, MELAKA DALAM PELANCONGAN ASTRONOMI DI MALAYSIA Mohd Razlan Ahmad, Nur Nafhatun Shariff, Nor Nazmi Razali, Mohd Takiyuddin Ibrahim & Mohd Paidi Norman KEBERKESANAN AGIHAN ZAKAT TERHADAP ASNAF FISABILILLAH DI NEGERI KELANTAN Wan Siti Zahratul Wahdah Wan Azlan & Noor Hasyimah Sulaiman PENERAPAN NILAI KEROHANIAN DALAM PERANCANGAN KERJAYA PELAJAR TVET Ahmad Rosli Mohd Nor, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Khairul Aizal Osman KELESTARIAN KEWANGAN SOSIAL GOLONGAN MISKIN RENTAN MELALUI MEKANISME i-CSR BERASASKAN QARD AL-HASAN. Norajila Che Man, Mohd Faizal P. Rameli, Wan Noor Hazlina Wan Jusoh & Nurul Hidayah Mansor PENGAMALAN ZIKIR DALAM MAJLIS ZIKIR TAREKAT AL-SYAZULIYAH AL-DARQAWIYAH DI NEGERI SEMBILAN Mohammad Fahmi Abdul Hamid, Ahmad Rosli Mohd Nor, Khairul Azhar Meerangani, Mohd Farhan Md Ariffin & Muhammad Taufiq Md Sharipp PANDANGAN PESERTA TENTANG PENCAPAIAN SELEPAS MENYERTAI PROGRAM REALITI TV AGAMA DI MALAYSIA Muhamad Faisal Ashaari & Nabil Ahmad JAWI PERANAKAN STATUS DAN PERANANNYA DALAM MEMBUDAYAKAN EKONOMI MELAYU Hamidah Jalani, Izzah Nur Aida Zur Raffar, Sarah Dina Mohd Adnan, Nor Adina Abdul Kadir, Nang Naemah Nik Dahalan & Mariam Farhana Md Nasir DIGITALISASI SISTEM PENGURUSAN ZAKAT DI MALAYSIA POTENSI DAN CABARAN Muhammad Taufik Md Sharipp, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Ikhlas Rosele, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Abdul Qayuum Abdul Razak SEJARAH PENULISAN KARYA JAWI DALAM BIDANG MUNAKAHAT SUATU TINJAUAN Muhammad Faidz Mohd Fadzil, Abdul Qayuum Abdul Razak, Muaz Hj Mohd Noor, Mohd Zaid Mustafar & Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz TAHAP PENCAPAIAN PELAJAR DALAM PROGRAM PLUS TAHFIZ UiTM Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Mohammad Fahmi Abdul Hamid & Khairul Azhar Meerangani IDENTIFIKASI AL-HIND BERDASARKAN MU’JAM AL-BULDĀN OLEH AL-ḤAMAWĪ KAJIAN TERHADAP HURUF AL-QĀF DAN AL-KĀF Rusni Mohamad & Thuraya Ahmad KONSEP HIFZ AL-BI’AH DALAM PENGURUSAN RISIKO BENCANA ALAM SATU SOROTAN AWAL Muhammad Hilmi Mat Johar, Khairul Azhar Meerangani, S Salahudin Suyurno & Adam Badhrulhisham PENGHAYATAN NILAI ISLAM KE ARAH MEMPERKUKUH PRINSIP RUKUN NEGARA Noor Aziera Mohamad Rohana, Siti Nurul Izza Hashim, Nang Naemah Nik Dahalan, Abdul Qayuum Abdul Razak & Mohd Faizal A STUDY ON FACTORS OF FAKE NEWS SPREADING ON THE HALAL STATUS OF FOOD PRODUCTS IN MALAYSIA Shofiyyah Moidin, Nur Auni Syafiqah Ismail, Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Nur Hafizah Harun & Norazlina Mamat HALAL TRAINING ISSUES AND CHALLENGES FROM TRAINERS’ PERSPECTIVES IN HALAL PRODUCTS RESEARCH INSTITUTE HPRI Nur Hafizah Harun, Muhamad Amir Nur Hakim Haji Abdullah, Muhammad Syukri Mohd Ashmir Wong, Norazlina Mamat & Shofiyyah Moidin THE LEARNING CHALLENGES FACED BY UiTM STUDENTS IN COVID-19 POST PANDEMIC Mohamad Shafiei Ayub, Nor Adina Abdul Kadir, Nursyaidatul Kamar Md Shah & Mohd Farhan Abd Rahman TULISAN JAWI PELOPOR KEILMUAN DI ALAM MELAYU SATU KAJIAN AWAL Siti Nurul Izza Hashim & Roziah SidikMat Sidek FALSAFAH PASCA KOLONIALISME DI ALAM MELAYU DALAM SOROTAN Ahmad Farid Abd Jalal, Rahimin Affandi Abdul Rahim & Awang Azman Awang Pawi KETOKOHAN IBU ZAIN DALAM MEMPERKASA PENDIDIKAN DI KALANGAN WANITA MELAYU SUATU TINJAUAN RINGKAS Nang Naemah Nik Dahalan, Izzah Nur Aida Zul Raffar, Hamidah Jalani, Mariam Farhana Md Nasir, Nor Adina Abdul Kadir & Sarah Dina Mohd Adnan SOROTAN AWAL TERHADAP AMALAN PENGURUSAN HARTA PUSAKA DI BAITULMAL MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN Nor Azlina Abd Wahab & Mohd Zamro Muda ANALYSIS OF HISTORICAL CONTENT IN AL-KAMIL FI AL-TARIKH ACCORDING TO IBN AL-ATHIR Abdul Qayuum Abdul Razak, Norsaeidah Jamaludin, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Faidz Mohd Fadzil, Ijlal SajaMearaj & Noor Aziera Mohamad Rohana ANALISIS TINJAUAN LITERATUR SISTEMATIK SLR BERKAITAN PENENTU GELAGAT FILANTROPI Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz, Mohd Zaid Mustafar, Abdul Qayuum Abdul Razak, Muhammad Faidz Mohd Fadzil & Muaz Mohd Noor SUMBANGAN INTELEKTUAL IBNU MAJID 1432M-1507M DALAM GEOGRAFI PELAYARAN DI PESISIRAN AFRIKA TIMUR KAJIAN TERHADAP KARYA-KARYANYA TERPILIH Asma Wardah Surtahman & Misri Abdul Muchsin HUBUNGAN SISTEM ADAT NANING DENGAN ISLAM DARI ASPEK SEJARAH KEBUDAYAAN Luqman Nulhakim Harzamar & Muhammad Hirzan Razali AMALAN KREATIVITI RASULULLAH SAW DALAM PENDIDIKAN ISLAM BERDASARKAN ANALISIS HADIS DAN SIRAH NABAWIYAH Tengku Nor Husna Tengku Jamil, Gazilah Mohd Isa, Nurul Qudwatun Nisa’ Mohd Zamberi, Muhammad Arif Syahin Mohd Diah & Muhammad Zulfadhli Rosli KORELASI ANTARA GELAGAT FILANTROFI DENGAN TAHAP KEDERMAWANAN MUSLIM SEMASA PANDEMIK COVID-19 Muaz Mohd Noor, Muhammad Taufik Md Sharipp, Mohd Zaid Mustafar, Muhammad Faidz Mohd Fadzil, S Salahudin Suyurno & Mohd Khairul Nizam Abd Aziz KOMIK MELAYU ANALISIS DAKWAH DAN NILAI MURNI MENERUSI KARYA REJABHAD “TAN TIN TUN” Fazlina Mohd Radzi, Liza Marziana Mohammad Noh, Haslinda Abd Razak, Shaliza Dasuki & Nor Arseha Karimon HALAL AWARENESS EFFECT ON MALAYSIAN MUSLIMS’ INTENTION TO VISIT HOMESTAYS IN SABAH, MALAYSIA THE MODERATING ROLE OF GENDER Azrin Jalasi & Sylvia Nabila Azwa Ambad PERSEPSI PELAJAR TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA ARAB BERASASKAN PERMAINAN MELALUI PERANTI MUDAH ALIH Mohd Nabil Zulhemay, Nurul Asma Mazlan & Mohamad Farham Mat Husin EXPLORING THE MALAYSIAN LAW ON HALAL IMPORTED PRODUCTS Yuhanza Othman, Mimi Sofiah Ahmad Mustafa, Zuhairah Hasan & Mohair Nizam Johari INISIATIF BANTUAN MAKANAN DALAM MENANGANI KETIDAKSELAMATAN MAKANAN AKIBAT PANDEMIK COVID-19 OLEH MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN DAN INSTITUSI ZAKAT Noorfazreen Mohd Aris, Norizah MohamedHaji Daud & Sharipah Amirah Abas IMPAK PANDEMIK COVID-19 DAN CABARAN DALAM KELANGSUNGAN TAMADUN DI MALAYSIA KAJIAN MELALUI LAPORAN MEDIA MASSA Mariam Farhana Md Nasir, Nang Naemah Nik Dahalan, Hamidah Jalani, Izzah Nur Aida Zurrafar, Nor Adina Abdul Kadir & Sarah Dina Mohd Adnan PERBANDINGAN TAFSIR AL-MISBAH DAN TAFSIR IBNU KATHIR AL-HUJURAT AYAT 6 TABAYYUN DALAM MEDIA SOSIAL Mohd Nothman Mohd Nor, Muhamad Wazir Muslat, Ainan Salsabila Mohamad Shukry, Fatimah Az-Zahrah Mohd Razali, Nurul Amani Ahmad Hasni & Nur Athirah Abdul Wahab CONCEPTUALIZING SHARIAH INTERNAL AUDIT’S OBJECTIVES AND EFFECTIVENESS WITHIN CORPORATE GOVERNANCE A PRELIMINARY STUDY Noor Fadhzana Mohd Noor & Noor Affendi Ismail PELAKSANAAN WAKAF KESIHATAN OLEH MAJLIS AGAMA ISLAM NEGERI MAIN Norizah MohamedHaji Daud & Noorfazreen Mohd Aris PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP PENGLIBATAN MUSLIM DALAM FILANTROPI KETIKA KESUKARAN PANDEMIK COVID-19¬ Mohd Zaid Mustafar, Mohd Khairul Nizam Mohd Aziz, Khairul Azhar Meerangani, Muhammad Faidz Mohd Fadzil & Muaz Mohd Noor TEODISI MENURUT IMAM AL-GHAZALI W. 1111M Nurhanisah Senin & Mustafa Kamal Amat Misra ANALISIS FAKTOR PENEROKAAN DAN KORELASI ANTARA MANHAJ RABBĀNIYY DENGAN KREDIBILITI KOMUNIKATOR ISLAM S Salahudin Suyurno, Muhammad Taufik Md Sharipp, Abdul Rauf Ridzuan, Zulkefli Hj Aini, Khairul Azhar Meerangani & Mohammad Fahmi Abdul Hamid HEALTH COMMUNICATION THROUGH SOCIAL MEDIA SITES IN COMBATING NON-COMMUNICABLE DISEASE NCDs AND IMPROVEMENT OF WELL-BEING IN MALAYSIA Aini Faezah Ramlan, Abdul Rauf Hj Ridzuan, S Salahudin Suyurno, Rosilawati Sultan Mohideen & Ilya Yasnorizar Ilyas PENERIMAAN PELAJAR TERHADAP KURSUS PENGHAYATAN ETIKA DAN PERADABAN DI UNIVERSITI TEKNOLOGI MARA, CAWANGAN PULAU PINANG Emie Sylviana Mohd Zahid & Nurfahiratul Azlina Ahmad KEPERLUAN ELEMEN AL-SARF AL-WAZIFIYY DALAM PENGAJARAN ASAS BAHASA ARAB Muhammad Daoh, Sri Andayani Mahdi Yusuf, Naqibah Mansor, Abdul Muqsith Ahmad, Mohd Nothman Muhamad Nor & Rabi'atul Aribah Muhamad Isa KESAN COVID-19 PADA DUNIA PELABURAN SAHAM Nurfahiratul Azlina Ahmad & Emie Sylviana Mohd Zahid ELEMEN PENCIPTAAN DALAM PANDANGAN KOSMOLOGI IMAM AL-GHAZALI Nurhanisah Senin i RECTOR’S NOTES The respected Executive Committee, The Top Management of UiTM Cawangan Melaka, collaborating partners, generous sponsors, distinguished participants, dedicated committee members, ladies, and gentlemen. First and foremost, I would like to express my utmost gratitude to Allah SWT because with His blessings, we have successfully organized the INTERNATIONAL ISLAMIC HERITAGE CONFERENCE ISHEC 2021 with the theme “Islamic Heritage Strengthening the Knowledge, Empower the Achievement”. This is the fourth time the conference has been held since 2015. Congratulation to all committee members for their hard works and dedications. With the COVID-19 is still around the corner and affected people worldwide, the spirit of producing inventions and innovations that are beneficial for society is still ongoing. This is in line with the saying of Prophet Muhammad SAW – “seeking for knowledge is compulsory for every Muslim”. We are obliged to seek knowledge regardless the circumstances and situation we are having. With this spirit and obligation, ISHEC 2021 comes into the picture. Although this event could not be organized in the conventional face-to-face approach, we have adapted and embraced these changes to remain competitive and relevant to the academic world. ISHEC 2021 provides a platform for academicians, researchers, and postgraduate students to generate creative and innovative ideas. ISHEC 2021 has focused on various contemporary sub-themes from different fields of Islamic studies. This situation has given the opportunity for the researchers to explore new insight in the area of Shariah and Jurisprudence, Islamic Economic and Finances, Aqidah and Islamic Thought, Da’wah and Communication, Education and Civilization, as well as Science & Technology. This is aligned with the Industrial Revolution IR to produce creative, data literate and critical scholars from various fields. Thus, this conference provides an opportunity for the scholars to share their knowledge and experiences. I believe the efforts shown by the committee members, collaborating universities and participants will have a significant impact on the socio-economic development of the global community in developing new ideas and methods successfully. I hope this conference would build research interests and networking while creating and presenting new ideas and innovations. Finally, I would like to congratulate the countless efforts and teamwork spirit once again from all parties, especially those who have made this event successful. Hopefully, this little effort of ours will be rewarded by Allah, In Shaa Allah. Thank you. Stay safe Prof. Dr. Abd Halim Mohd Noor, Exercising the functions of the Rector UiTM Cawangan Melaka ii CHAIRMAN’S PREFACE The respected Executive Committee, The Top Management of UiTM Cawangan Melaka, collaborating partners, generous sponsors, distinguished participants, dedicated committee members, ladies, and gentlemen. Praise to Allah with His blessings and grace, the Academy of Contemporary Islamic Studies is able to organize a 4th conference on Islamic Heritage with the theme, “Islamic Heritage Strengthening the Knowledge, Empowering the Achievement”. Without the full support from our co-organizer, Center for Islamic Philanthropy and Social Finance CIPSF, Division of Research and Industrial Linkages and ceaseless dedication as well as istiqamah and al-amal jamaie espirit de corp being put in among committee members, this conference would not have materialized. Among the objectives of this year’s conference is to build network among local and international scholars in the field of Islamic Heritage, to gather scholars in various fields and stimulate research on current issues related to Islam and to encourage generation of ideas and knowledge in various fields of Islamic-based research. Taking the benchmark from the 1st to 3rd conferences, we hope that in this 4th conference, a higher awareness can be shaped on appreciating works and studies in Islamic Heritage and broadening wider interests among the academic circle to collaborate and share their expertise in this multidisciplinary approach to contemporary Islamic studies. Besides, this conference is also expected to become the platform in preserving our Islamic heritage in the past, present and future so that the younger generation can learn and recognize the significance of Islamic heritage and civilization for progress. Hence, the organizers, committee members, presenters and participants should be congratulated accordingly for giving their full commitment and support to organize this fourth conference on Islamic Heritage. Let us make this conference another eventful one. All the best! Thank you. Dr. Mohd Zaid Mustafar Chairman of 4th ISHEC 2021 UiTM Cawangan Melaka 43 PENGAMALAN ZIKIR DALAM MAJLIS ZIKIR TAREKAT AL-SYAZULIYAH AL-DARQAWIYAH DI NEGERI SEMBILAN 1Mohammad Fahmi Abdul Hamid, 2Ahmad Rosli Mohd Nor, 3Khairul Azhar Meerangani, 4 Mohd Farhan Md Ariffin & 5Muhammad Taufiq Md Sharipp 1,3,5Akademi Pengajian Islam Kontemporari, Universiti Teknologi MARA, Cawangan Melaka, Kampus Alor Gajah, 78000 Alor Gajah, Melaka, Malaysia 2Akademi Pengajian Islam Kontemporari, Universiti Teknologi MARA, Cawangan Melaka, Kampus Bandaraya Melaka, 75350 Melaka, Malaysia 4Pusat Kajian al-Quran dan Sunnah, Fakulti Pengajian Islam, Universiti Kebangsaan Malaysia, Bangi, Malaysia ABSTRAK Tarekat tasawuf merupakan satu amalan kerohanian yang melibatkan berbagai elemen dalam proses pembentukan peribadi individu dan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam tarekat tasawuf terkandung pelbagai kaedah dan amalan yang boleh dilaksanakan bagi meningkatkan tahap kerohanian individu. Kaedah ini melengkapi ilmu secara teori dan praktikal yang perlu dilaksanakan bagi mereka yang telah bersedia untuk menempuh jalan tasawuf. Walau bagaimanapun, perlu ditegaskan, pilihan untuk beramal dengan tarekat tasawuf haruslah menepati landasan syariat. Demikian itu, perlunya penilaian terhadap tarekat tasawuf yang ingin diamalkan oleh individu dalam memastikan tarekat tersebut menepati syariat Allah SWT dan sunnah Nabi SAW. Oleh itu, kajian ini mengetengahkan pengamalan zikir dalam majlis zikir tarekat al-Syazuliyah al-Darqawiyah di Negeri Sembilan dan keselariannya menurut perbahasan al-Quran dan al-Sunnah. Kajian ini menggunakan metodologi kualitatif yang bersifat analisis deskriptif melalui analisis dokumen berkaitan sumber ambilan tarekat, kaedah pemerhatian dalam majlis zikir dan temu bual bersama syeikh tarekat sebagai data sokongan. Mekanisme penganalisisan terhadap pengamalan tersebut menggunakan hadis sebagai dalil utama, disokong dengan dalil al-Quran serta pendapat ulama. Hasil kajian mendapati pengamalan zikir dalam majlis zikir tarekat al-Syazuliyah al-Darqawiyah di Negeri Sembilan bertepatan dengan perbahasan al-Quran, hadis mahupun pendapat para ulama. Keselarian praktis zikir dalam majlis zikir tarekat dengan penetapan syarak boleh diteruskan sebagai satu bentuk pengamalan kerohanian dalam kalangan masyarakat. Kata Kunci Tarekat; al-Syazuliyah; al-Darqawiyah; Tasawwuf; Negeri Sembilan ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.

amalan zikir tarekat akmaliyah